- Bara JP Perkuat Barisan untuk Pilkada 2024, Dukung Isran-Hadi di Kaltim dan Edi-Rendi di Kukar
- TMMD 122, Pembangunan Sumur Bor untuk Pengairan Sawah Seluas 40 Hektar
- Terkonfirmasi, Junaidi Dapat Tugas & Amanat Jadi Ketua DPRD Kukar 2024-2029
- Lamin Datuq Terang, Jalan Mulus: Bukti Kerja Nyata Edi-Rendi
- Dukungan Mengalir di Loa Janan dan Samboja Barat, Edi-Rendi Tegaskan Komitmen
- TMMD 122 Bangun Akses Transportasi Pemukiman Warga Desa Kerta Buana
- Kesuksesan Reza Permadi Kembangkan Potensi di Desa Wisata di Indonesia
- Edi Damansyah Siapkan Program Umrah dan Pendidikan Gratis, Berobat Cukup Bawa KTP
- Kampanye di Muara Jawa, Edi Damansyah Jelaskan Program Rp 150 Juta per RT
- Srikandi Lapas Kelas IIA Tenggarong Kembali Berhasil Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Pengunjung
Perahu Tradisonal Asal Kota Bangun Diminati Kabupaten Luar
kukarnews.id, KOTA BANGUN - Perahu tradisonal masih cukup diminati oleh masyarakat untuk digunakan sebagai transportasi dan juga untuk sarana yang digunakan para nelayan untuk mencari ikan. Para pengrajinnya pun hingga saat ini masih banyak bisa kita jumpai secara langsung di kawasan hulu mahakam.
Ali Husni (39) contohnya, warga asal Desa Kota Bangun, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara ini sejak kecil sudah mulai menekuni usaha pembuatan perahu tradisional secara turun temurun. Dirinya sejak usia sekolah dasar mulai terbiasa dengan pekerjaan mengecat perahu buatan kakek dan ayahnya.
Baca Lainnya :
- Deteksi Dini Antisipasi Gangguan Kamtib, Lapas Perempuan Razia Kamar Hunian0
- DWP Lapas Tenggarong Adakan Lomba Foto Tema Keluarga dan Kemerdekaan0
- Pasien di RSDC Wisma Atlet Kukar Gelar Lomba 17an Secara Sederhana0
- Lapas Perempuan Tenggarong Steril Barang Terlarang0
- Kukar Turut Sesuaikan Harga Tes Usap PCR0
Secara perlahan dirinya juga bisa memahami, karakter kayu yang bisa dijadikan bahan untuk menghasilkan perahu yang berkualitas, hingga pola dan ukuran yang pas untuk membuat perahu, sehingga produk yang dibuatnya itu bisa bertahan lama dan sesuai yang diharapkan dan aman untuk digunakan untuk kegiatan sehari - hari.
"Mulai SD kelas 6 sudah ngecat, melantai bantu bantu orang tua buat kapal," ucapnya.
Warga RT 18 ini sempat beberapa kali beralih profesi, mulai dari motoris kapal, pekerja di kebun karet dan lain lain. Namun saat usaha yang dia ikuti itu mulai meredup, dengan modal yang ada dirinya kembali membuat kapal dan dipergunakan untuk dijadikan kapal fery penyebrangan, saat Jembatan Kutai Kartanegara pada waktu lalu runtuh dan dilakukan pembangunan. Namun setelah berdiri dengan megah jembatan tersebut, kapal ini dipergunakan untuk mengangkut hasil tangkapan ikan dari danau melintang ke Kota Bangun. Mulai dari jenis ikan biawan, sepat siam, toman, ruwan dan repang. Dengan total muatas sekaki pengantaran lebih dari 10 ton.
"Saat ini masih juga usaha pengangkutan, tergantung musim ikan. bisa 2 sampai kali dalam sebulan," ungkapnya.
Modal yang terkumpul dan keahlian yang sudah terasah sejak lama ini, membuat dirinya kembali membuat usaha pembuatan perahu. Kepada kukarnews.id dirinya mengaku pada tahun 2019 dirinya memperoleh pekerjaan dari Kabupaten Kutai Barat untuk pengadaan perahu nelayan dengan ukuran panjang 6 meter sekitar 60 unit. "Sekitar 60 unit dipesan oleh Dinas Perikanan Kutai Barat," katanya.
Tak berhenti disini, melihat hasil buatannya tidak mengecewakan di Tahun 2020, dirinya kembali mendapatkan pengadaan perahu nelayan sebanyak 186 unit di Kabupaten Kutai Barat. Jumlah ini cukup banyak menurut ayah dari 4 anak ini, sehingga dirinya meminta bantuan pengerjaan sebanyak 30 unit dari pengrajin kapal tradisional yang ada di Melak.
"Dari 186 unit permintaan, 156 unit saya kerjakan sendiri bersama tenaga kerja disini, 30 lainnya minta bantuan pengerjaan dengan pengrajin yang ada di hulu Melak," terangnya.
Kini di tahun 2021 ini dirinya kembali mendapat pekerjaan untuk pengadaan perahu nelayan dengan jumlah 20 unit dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Timur. "Dari Kutim minta disiapkan sebanyak 20 unit perahu," jelasnya.
Pekerjaan yang berlimpah ini tidak hanya dirinya sendiri menikmati, namun juga untuk para pengrajin sekitar. Dirinya mengaku sering kali meminta tolong untuk membuat perahu. Agar pesanan ini bisa segera terselesaikan. Untuk menjaga kualitas produknya, dirinya aktif melakukan pengawasan selama proses dan hasil akhir dari pembuatan perahu.
Pembuatan 1 buah perahu cukup memakan waktu yang lama, antara 10 hingga 15 hari sampai selesai pengerjaan cat. Meskipun lama namun dikerjakan secara teliti.
"Kita tidak ingin mengecewakan para konsumen," tegasnya.
"Harga setiap jenis perahu bervariasi, kita sesuaikan dengan keinginan konsumen," terangnya.
Usaha miliknya ini harus menjadi perhatian dari seluruh pihak untuk mendukung pengrajin agar berkembang sebab menyerap banyak tenaga kerja, terlebih saat banyaknya permintaan yang masuk.
Selain menyasar penjualan dengan jumlah besar, dirinya juga masih melayani penjualan tiap satuan unit. Untuk konsumen perorangan bisa terjual 10 hingga 20 perahu tiap bulannya. Dan sering kali produknya dibeli oleh pedagang perahu yang sehingga masih bisa berbagi keuntungan meskipun sedikit.
Dengan usahanya ini, pengrajin perahu tradisional yang mampu memenuhi permintaan dari kabupaten luar, dirinya juga masih butuh perhatian dari pemerintah. Membantu usahanya untuk bisa lebih berkembang untuk menghasilkan produk yang lebih baik, yang ditunjang dengan bantuan segi peralatan seperti mesin pemotong dan penghalus kayu yang saat ini masing sistem hitung sewa, serta penunjang usaha lainnya serta modal.
"Kalau mesin cukup mahal, untuk kualitas mesin yang bagus total hampir Rp 100 juta, semoga ada perhatian dari pemerintah," harapnya.
Untuk harga cukup bervariasi, tergantung dari bahan, ukuran apakah 5 atau 13 meter dan hasil akhir yang diinginkan konsumen. Jika ukuran standar seperti panjang 6 meter dengan bahan kayu meranti dirinya menjual dengan harga Rp 3,6 hingga Rp 4 juta. Untuk bahan bengkirai Rp 4,8 hingga Rp 5 juta dan untuk bahan kayu arau ataupun bungur sekitar Rp 4,5 hingga Rp 6 juta.
Meski ditengah pandemi Covid-19, dirinya bersyukur masih bisa mendapat pesanan pembuatan perahu dari konsumen. Pengrajin yang juga tergabung dalam Kelompok Bina Usaha ini mengaku senang dirinya masih bisa produktif dan membantu pekerjanya untuk memperoleh penghasilan di masa yang sulit ini. (adv/dkom/kn1)